Makalah tentang Iman Kepada Allah
Fachry Faiqotul Munawaroh
12005206
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISLAM (Arab:”berserah diri kepada Tuhan”)adalah agama yang mengimani satu tuhan,yaitu Allah.Agama ini termasuk agama samawi(agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama ibrahim.Dengan lebih dari satu seperempatmilyar orang pengikut di seluruh dunia,menjadikan islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.Islam memiliki arti “penyerahan”,atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan(Allah). Pengikut ajaran islam dikenal dengansebutan muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”,atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya,dan menyakini dengan sungguh sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Iman Kepada Allah.
2. Apa itu Wujudullah?
3. Apa itu asma’ wa sifat?
4. Apa hakikat dan dampak lailahaillallah?
5. Apakah buah Iman kepada Allah?
C. Tujuan
1. Dapat mengerti arti dari iman kepada Allah.
2. Dapat mengetahui bagaimana wujud dari Allah.
3. Mengetahu nama-nama dan sifat-sifat Allah.
4. Mengetahui dampak dari Iman kepada Allah.
5. Dapat memahmi buah dari iman kepada Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Maka, beriman kepada Allah adalah membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya, pencipataan alam seluruhnya, maupun dalam penerimaan ibadat segenap hamba-Nya, serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan.
Pernyataan Tasdiq atau membenarkan berati suatu pengetahuan yang didasarkan atas makrifat, yakni Allah Tuhan seru sekalian alam, dengan cara memperhatikan dan memikirkan segala makhluk Allah dan kejadian dalam alam ini. Dengan cara mengenali Allah, akan tumbuh rasa cinta, takut, dan harap, yang pada gilirannya jiwa manusia menjadi khudlu’ dan khusu’ (merendahkan diri dan tunduk). Kedudukan iman kepada allah adalah sebagai dasar pokok ajaran islam. Dengan dasar iaman tersebut, semua persoalan dalam ajaran islam dapat dipecahkan.
B. WUJUDULLAH
Wujudullah (ada)-Nya Allah SWT adalah sesuatu yang badihiyah. Namun demikian untuk membuktikan wujud-Nya dapat dikemukakan beberapa dalil, antara lain:
1. Dalil Fitrah
Allah SWT menciptakan manusia dengan fithrah bertuhan. Akan tetapi, pembawaan fitrah tersebut sering sering dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Q.S Yunus 10:12, yang berbunyi:
كَأَنْ مَرَّ ضُرَّهُ عَنْهُ كَشَفْنَا فَلَمَّا قَائِمًاوْأَقَاعِدًوْأَالِجَنْبِهِدَعَانَاالضُّرُّ الْإِنْسَانَ مَسَّ وَإِذَا
يَعْمَلُونَ كَانُوا مَا لِلْمُسْرِفِينَ زُيِّنَ كَذَلِكَ مَسَّهُ ضُرٍّ إِلَى يَدْعُنَا لَمْ
Artinya:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada kami. Dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-seolah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 10:12)
2. Dalil Akal
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan dirinya sendiri, alam semesta dan lain-lainnya seorang anusia bisa membuktikan adanya Tuhan (Allah SWT). Al-Qur’an banyak mengemukakan ayat-ayat yang menggugah akal pikiran tersebut. Seperti Firman Allah dalam Q.S Al-Mu’minun 40:67, yang berbunyi:
أَشُدَّكُمْ لِتَبْلُغُوا ثُمَّ طِفْلًا يُخْرِجُكُمْ ثُمَّ عَلَقَةٍ مِنْ ثُمَّ نُطْفَةٍ مِنْ ثُمَّ تُرَابٍ مِنْ خَلَقَكُمْ الَّذِي وَلَعَلَّكُمْ مُسَمًّى أَجَلًا وَلِتَبْلُغُوا ۖقَبْلُ مِنْ هُوَ يُتَوَفَّىٰ مَنْ وَمِنْكُمْ ۚشُيُوخًا لِتَكُونُوا ثُمَّ تَعْقِلُونَ
Artinya :
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).” (Q.S Al-Mu’minun 40:67)
3. Dalil Naqli
Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Tuhan, dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia mengenal Tuhan yang sebenarnya itu (Allah SWT).
Pembahasan tentang Allah SWT tentu akan pembaca temukan dalam bagian-bagian lain, dalam pasal wujud Allah SWT ini cukuplah penulis kemukakan beberapa hal pokok saja sebagai berikut:
a. Allah SWT adalah Al-Awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujud-Nya. Dia juga Al-Akhir artinya tidak ada akhir dari wujud-Nya. Sebagai mana firman-firman Allah sebagai berikut:
1. QS Al-Hadid 57:3, yang artinya:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Hadid 57:3)
2. QS Ar-Rahman 55:26, yang artinya:
“Dan tetap kekal Wjah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar-Rahman 55:26)
b. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya.
Seperti firman Allah SWT dalam QS As-Syura 42:11, yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS As-Syura 42:11)
c. Allah SWT Maha Esa
Seperti Firman Allah SWT dalam QS Al-Ikhlas 112:1, yang artinya:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.” (QS Al-Ikhlas 112:1)
d. Allah SWT mempunyai al-Asma’was Shiffat (Nama-nama dan sifat-sifat) yang disebutkan untuk diri-Nya untuk Diri-Nya di dalam Al-Qur’an serta semua nama dan sifat yang dituturkan untuk-Nya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya seperti, Ar-Rahman, Ar-Rabiim,Al-‘Aliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir, dll.
Seperti firman Allah dalam QS Al-A’raf 7:180, yang artinya:
“ Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatbbalasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A’raf 7:180)
C. Al-ASMA’ WASS-SHIFAT
Al-Asma’ artinya nama-nama, dan as-Shifat artinya sifat-sifat. Allah SWT memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaan-Nya, sebagai mana disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Metode ini dengan al-asma’ was-shifat ada dua; pertama Itsbat, kedua Nafyu. Itsbat maksudnya mengimani bahwa Allah SWT memiliki al-asma’ was-shifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaan-Nya, sedangkan Nafyu maksudnya menafikkan atau menolak segala al-asma’ was-shifat yang menunjukkan ketidak sempurnaan-Nya.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan sehubungan dengan al-asma’ was-shifat, yaitu:
1. Janganlah memberi nama-nama Allah SWT dengan nama-nama yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman yang artinya:
“ Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatbbalasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A’raf 7:180).
2. Jangan menyamakan (tamtsil), atau memiripkan (tasybih) Zat Allah SWT, sifat-sifat dan af’al (perbuatan)-Nya dengan makhluk mana pun. Allah berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa denga Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syura 42:11)
3. Mengimani al-asma’ was-shifat bagi Allah SWT harus apa adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan (bagaiman”nya (kaifiyat). Misalnya Allah menyatakn:
“... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy...” ( QS Ar-Ra’du 13:2)
4. Dalam satu hadist disebutkan bahwa Allah SWT mempunyai 99 nama:
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalkan kecuali dia akan masuk surga. Dia itu tunggal dan menyukai yang tunggal. (HR. Bukhari Muslim).
5. Di samping istilah al-asma’ was-shifat ada lagi istilah “ismullah al-a’zham” yaitu nama-nama Allah SWT yang dirangkai didalam do’a, antara lain seperti:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau, sesungguhnya aku bersaksi bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah yang tiada Tuhan selain Engakau, Yang Maha Esa, tempat segala sesutu bergantung, Yang tiada apa pun yang setara dengan-Nya...” (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nas’i, dan Ibnu Majah).
D. HAKIKAT DAN DAMPAK LAILAHAILLALLAH
Secara etimologi maka syahadah seseorang (bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah semata, dan sesungguhnya Muhammmad itu utusan Allah) harus mencakup tiga pengertian yaitu: musyahadah (dengan hati dan pikiran), syahadah (dengan lisan) dan half (dengan menghilangkan segala kekurangan). (Al-Islam, 1979,26-27).
SWT semata, maka inti dari syahadah yang kedua adalah menjadikan Rasullullah SAW sebagai titik pusat keteladanan (uswah hasanah) baik dalam hubungan dengan Allah swt (hablun minallah) secara vertikal, maupun dalam hubungan dengan manusia (hablun munannas) secara horisontal.
Persaksian Lailahaillallah Muhammadarsulullah jika dipahami secara benar akan memberikan dampak positif bagi setiap muslim, yang antara lain dapat diukur dari dua sifat yang lahir dari dirinya, yakni cinta (mahabbah) dan ridha. Seorang muslim harus memberikan cintanya yang tertinggi kepada Allah SWT kemudian kepada Rasullullah SAW dan jihad dijalan Allah, sebgaimana Allah Ta’ala berfirman dalam QS Atubah ayat 24.
Setiap muslim hendaknya ridha Allah sebgai Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammmad SAW sebagai Nabi dan Rasul yang diikutinya. Sebagi dampak dari syahadatain adalah hal pokok yang ada dalam diri manusia yakni hati, akal dan jasad akan mendapat sibghah Allah hinggga utuh sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 138.
E. BUAH IMAN KEPADA ALLAH
Keimanan yang benar kepada Allah SWT akan menumbuhkan rasa cinta yg kuat kepada-Nya dan mengagungkan-Nya. Juga akan nampak sekali dalam diri tiap manusia rasa khasy-yah dan takut dari-Nya serta selalu berharap kepada-Nya yg kemudian mendorong utk beribadah.
Adapun buah Iman kepada Allah, yaitu:
1. Merealisasikan pengesaan Allah swt sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada yang lain, dan tidak menyembah kepada selain-Nya.
2. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai denagn nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
3. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Beriman kepada Allah adalah membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya, pencipataan alam seluruhnya, maupun dalam penerimaan ibadat segenap hamba-Nya, serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan sehubungan dengan al-asma’ was-shifat, yaitu: Janganlah memberi nama-nama Allah SWT dengan nama-nama yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Jangan menyamakan (tamtsil), atau memiripkan (tasybih) Zat Allah SWT, sifat-sifat dan af’al (perbuatan)-Nya dengan makhluk mana pun, Mengimani al-asma’ was-shifat bagi Allah SWT harus apa adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan (bagaiman”nya (kaifiyat), Dalam satu hadist disebutkan bahwa Allah SWT mempunyai 99 nama, Di samping istilah al-asma’ was-shifat ada lagi istilah “ismullah al-a’zham” yaitu nama-nama Allah SWT yang dirangkai didalam do’a.
Daftar Pustaka:
Ilyas, Yunahar. 1992. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam.
Mubarok, Zaky. 1998. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Press.
Utsaimin, Muh.bin Shalih. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Keimanan. Jakarta: PT. Megatama Sofwa Pressindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar